MAKALAH
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN FILSAFAT ILMU
Oleh
Nama NIM
1. NURASINI 160103070
2. YUSRO
ATIAH 160103080
KELAS IC
FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
2016/2017
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Pengembangan
Dan Penerapan Filsafat Ilmu" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena
telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Prodi Tadris Matematika dengan
judul " Pengembangan Dan Penerapan Filsafat Ilmu ". Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Mataram, 22 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Bab II Pembahasan
A. Pengembangan Teori Dan Alternatif
Metodologinya.
B. Etika Dan Pengembangan Ilmu
Teknologi
C. Jalinan Fungsional Agama, Filsafat, Dan Ilmu
D. Implikasi Dan Implementasi Filsafat
Ilmu Dalam Pengembangan Sosial Dan Politik
E. Implikasi Dan Implementasi Filsafat
Ilmu Dalam Pengembangan Sosiologi
Bab III
Penutup
A.
Kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Secara historis filsafat merupakan
induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun
mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau
jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus
mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi
secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian
filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya
menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak
menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai
suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan
kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain
filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (ilmu
pengetahuan/sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat
ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan
pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi
dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.
Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai
suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh
manusia. Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu
tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas,
sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual,
dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu
aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan
sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri
dasar ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan
sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai
suatu metode. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai
tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan
ilmu sekarang ini dilakukan dalam ujud eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman
mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati. manusia lewat perantara nabi-nabi
yang diutusnya).
1.2Rumusan Masalah
Ø Pengembangan Teori dan Alternatif
metodologinya
Ø Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Ø Jalinan Fungsional Agama, Filsafat
dan Ilmu
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat
Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam
Pengembangan Sosiologi
1.3Tujuan Penuisan
Ø Pengembangan Teori dan Alternatif
metodologinya
Ø Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Ø Jalinan Fungsional Agama, Filsafat
dan Ilmu
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat
Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam
Pengembangan Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengembangan Teori dan Alternatif
metodologinya
Metodologi merupakan hal yang
mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang
diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami perinsip-perinsip
metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi,
dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.
Pengembangan Teori dan Alternatif
Metodologinya.Pengertian Metodologi Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu
yang membicarakan tentang metode-metode. Metode ialah cara bertindak menurut
aturan tertentu.
Menurut Anton Baker dan Ahmad
Charris Zubair, ada beberapa unsur-unsur metodologi yaitu interpretasi(menafsirkan),
induksi dan deduksi, koherensi intern, holistis, kesinambungan historis,
idealisasi, kompersasi, heuristika, analogi, dan deskripsi.
Kesamaan antara ilmu pengetahuan dan
filsafat, bahwa keduanya sama-sama mengejar kebenaran. Kebenaran yang ditemukan
tidak sekedar demi kepentingan teori saja, melainkan demi kepentingan serta
peningkatanhidup menusia seluruhnya. Perbedaannya terletak pada obyek yang
diselidiki serta sudut tinjauannya terhadap obyek ilmu pengetahuan dari
penyelidikan lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus, seperti ilmu bumi, ilmu
alam dan sebagainya. Kajian filsafat ilmu: ontology, epistimologi,
aksiologi.
2.2 Etika dalam Pengembangan Ilmu
dan Teknologi
Ilmu pengetahuan merupakan salah
satu dari tujuh unsur kebudayaan universal yang dihasilkan manusia yakni sistem
mata pencaharian, sistem kepercayaan, bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian,
sistem ilmu pengetahuan, dan sistem peralatan hidup. Dalam penerapannya, ilmu
pengetahuan secara otomatis menghasilkan apa yang disebut teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, maka kita
pun mengenal istilah IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Ilmu pengetahuan
bersifat teoritis dan tidak berbentuk sedangkan teknologi bersifat
praktis dan berbentuk. Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan dipelajari untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia di bumi. Teknologi diciptakan
untuk meringankan dan membebaskan manusia dari kesulitan-kesulitan hidupnya
yang sarat dengan keterbatasan.
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya
ilmu pengetahuan bersifat independen (bebas dari nilai), tetapi di sisi lain
sebagai instrumen (alat dan proses) keberadaannya koheren, tergantung, dan
diarahkan.
Etika memang bukan merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat
kontrol bagi pengembangan iptek agar tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini terjadi
keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggung jawan kepada kepentingan umum,
kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal. Adanya tanggung jawab
etis tidak dimksudkan untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan
adanya tanggung jawab etis diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi
manusia untuk mengembangkan teknologi yang nantinya akan mengangkat kodrat dan
martabat manusia .
Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai
nilai netral (nol), dengan memahami bahwa ilmu itu netral maka ilmu
pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang
dapat menjadikan ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya.
Sedangkan netral itu sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam
pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri. Yang
mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada. Kemudian
dalam pandangan secara Epistimologi yaitu masalah bagaimana mendapatkan ilmu
itu. Dan untuk mendapatkannya apakah sesuai atau malah menyimpang dari metode
ilmiah. Sedangkan yang terakhir adalah netralisasi dalam pandangan
Aksiologi.ini menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu
hal yang sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang
nuklir. Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah
menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir
bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom dan membunuh jutaan manusia,
tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia
sendirilah sebagai pengguna yang telah salah menggunakan hasil pikiran Einstein
itu.
Dampak buruk perkembangan sains dan
teknologi sering dijadikan legitimasi bahwa ilmu pengetahuan atau sains
tidak netral. Ada yang rancu di sini. Antara sains dan dampak dari sains.
Dampak dari sains (dan teknologi) sudah melibatkan penggunanya (manusia)
yang di luar lingkup kajian sains alami. Dalam hal ini, sistem nilai bukan
berpengaruh pada sains, tetapi pada perilaku manusia sebagai penggunanya.
Karena keterbatasan ilmu manusia, tidak semua dampak dapat diperkirakan. Ketika
kini diketahui dampak buruknya, tidaklah adil untuk melemparkan tuduhan bahwa
ilmu pengetahuan bersifat merusak. Menjadi jelas bahwa pada dasarnya nilai
sains atau ilmu itu netral. Maksud dari netral itu adalah ilmu tidak bernilai
baik atau buruk tetapi ilmu itu di antara keduanya. Sesuai manusia yang membawa
ilmu itu. Bagaimanakah menggunakannya? Untuk apa ilmu itu? Siapa yang memakai
ilmu itu? Semua pertanyaan itu salah satu bukti kenetralan ilmu. Karena
posisi ilmu pengetahuan yang netral, maka tugas para ilmuwan adalah membangun
sikap ilmiah yang berwawasan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
perindustrian dalam batasan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan
membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung
jawabkan bukan untuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek
alam sebagai sumber kehidupan.
2.3 Jalinan Fungsional Agama,
Filsafat dan Ilmu
Yang dicari oleh filsafat adalah
kebenaran. Demikian pula ilmu dan agama. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu
adalah kebenaran akal. Sedangkan kebenaran dalam agama adalah kebenaran wahyu.
Kita tidak akan mencari mana yang paling benar, akan tetapi melihat apakah
keduanyadapat berdampingan dan hidup damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari
kebenaran secara akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu
bermacan-macam. Hal ini dapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda. Demikian
halnya dengan agama, terdapat bermacam-macam dan kesemuanya mengajarkan tentang
kebenaran. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing, maka
antara filsafat, ilmu danagama dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling
mendukung. Ketiganya dapat menunjang dalam menyelesaikan persoalan yang
timbuldalam kehidupan.
2.4 Implikasi dan Implementasi
Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Untuk menelaah gap antara ilmu
politik dengan ilmu yang lainnya dalam hal ini adalah ilmu pendidikan,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan
yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal
tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (Wibisono S. dkk., 1997)
yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu
Francis Bacon (The Liang Gie., 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari
ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Tinjauan filsafat ilmu mengenai
sosial politik adalah sebagai berikut:
a.
Dari Segi Ontologis, Dari pembahasan ontologisnya, semua manusia sebagai mahluk
individu pada dasarnya mempunyai Hak Asasi Manusia (HAM) berupa: memperoleh
pengetahuan, diakui status sosialnya, diakui keberadaannya, dan berhak
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Konsep HAM berlaku secara universal, bagi
siapa saja dimana saja tanpa terkecuali, mutlak dan bebas nilai. Tidak ada
alasan apapun bagi siapapun untuk menghalangi manusia memperoleh apa yang
menjadi hak dasarnya.
b.
Dari Segi Epistemologis, Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi
dalam hal filosofis maupun kebijakan. Filsafat pendidikan di suatu negara
sering kali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh negara
tersebut. Di Indonesia, filsafat pendidikan nasional adalah pengejewantahan
dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan dalam
hal kebijakan, sangat sulit memisahkan antara kebijakan-kebijakan pendidikan
yang dibuat pemerintah di suatu negara dengan persepsi dan kepercayaan politik
yang ada pada pemerintah tersebut.
c.
Dari Segi Aksiologis, Adalah sulit memisahkan pendidikan, politik dan peran
keduanya yang saling terkait satu dengan yang lain karena persoalan-persoalan
kependidikan sulit dipahami dengan baik tanpa melihat konteks politik dari
persoalan tersebut. Begitu pula sebaliknya, berbagai persoalan politik sulit
dipahami tanpa melihat konteks kependidikan dari persoalan tersebut. Sehingga
diharapkan ilmuwan pendidikan di negeri ini membutuhkan wawasan politik yang
memadai untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan pendidikan yang ada. Begitu
pula para ilmuwan politik membutuhkan wawasan kependidikan untuk dapat
menjelaskan berbagai persoalan politik dengan baik kepada masyarakat.
2.5 Implikasi dan Implementasi
Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi
Berdasarkan kamus besar baasa
Indonesia implikasih di artikan sebagai keterlibatan atau keadaan terlibat:
manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan
kepentingannya. Sedangkan Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia implementasi
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.
Menurut the liang gie (1999),
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan
lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Secara umum terdapat tiga aspek
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum tersebut, yaitu landasan filosofis,
landasan psikologis, landasan sosiologis. Landasan filosofis berkaitan dengan
pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu
lembaga pendidikan. Landasan filsafat ini menjadi landasan utama bagi
landasan lainnya.
Landasan psikologis terutama
berkaitan dengan teori belajardan psikologi perkembangan. Psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu di sampaikan dan
bagaimana pula siswa harus memperlajarinya. Psikologi belajar berkenaan dengan
penentuan stategi kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan di perlukan
terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa.
Landasan sosiologis dijadikan
sebagai salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum kerena pendidikan selalu mengandung nilai atau norma yang berlaku
dalam masyarakat. Di samping itu keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh
lingkungan, kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budaya yang menjadi dasar dan acuan bagi pendidikian atau kurikulum.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu adalah
mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang
ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian
filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan
mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan ilmiah
dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan
cermat dan kritis.
Hubungan
filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat mempunyai objek
yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya
terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat hendak memberikan
pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukan sebab-sebab yang
terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi yang
tak begitu mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/
diunduh tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.00
http://uphilunyue.blogspot.com/2013/01/manusia-dalam-pandangan-filsafat-teori.html
diunduh tanggal 03 Nopember 2013 pkl 22.00