Kamis, 12 Oktober 2017

MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM



TUGAS
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Arifin, MA




Oleh



                                               Nama                                                         NIM
1.      KAMILA ISMI                                 160103065


TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM
2017




KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin “curriculum”. Semula berarti “a running course, especially a chariot race course.” (Nasution, 1988: 9). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu “arena  pertandingan” tempat belajar “bertanding” untuk menguasai suatu pelajaran guna mencapai “garis finish” berupa, diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan.[1]
Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu sebagai berikut:
1)      Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2)      Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. (Tafsir, 2007: 53)
Menurut pandangan tradisional, kurikulum dibedakan menjadi dua kegiatan belajar yaitu kegiatan belajar kurikuler dan kegiatan belajar ekstrakurikuler dan kokurikuler. Kegiatan kurikuler ialah belajar untuk mempelajari mata pelajaran wajib, sedangkan kegiatan belajar kokkurikuler dan ekstrakurikuler disebut sebagai kegiatan penyerta. Praktik kimia, fisika, biologi dan kunjungan ke mueum untuk pelajaran sejarah misalnya, dipandang sebagai kokurikuler (penyerta kegiatan belajar bidang studi). Apabila kegiatan itu tidak berfungsi sebagai penyerta, seperti pramuka dan olahraga (di luar bidang studi olahraga), maka disebut kegiatan di luar kurikulum (kegiatan ekstrakurikuler).
Menurut pandangan modern, kurikulum ialah semua yang secara nyata terjadidalam proses pendidikan di sekolah. Di dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar, atau dapat dianggap sebagai pengalaman belajar, seperti berkebun, olahraga, pramuka, pergaulan dan beberapa kegiatan lainnya di luar bidang studi yang dipelajari. Semuanya merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman belajar itulah kurikulum.[2]
2.      Dasar-dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang memengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum.
Herman H. Horne memberikan dasar kurikulum dengan tiga macam, yaitu:
1)      Dasar psokologi, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan peserta didik (the ability and needs of children).
2)      Dasar sosiologi, yang digunakan untuk mengetahui tuntutan sah dari masyarakat (the legitimate demands of siciety).
3)      Dasar filosofi, yang digunakan mengetahui keadaan alam semesta tempat kita hidup (the kind of universe in which we live).
Sedangkan, menurut al-Syaibani menetapkan 4 dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam dan dapat juga ditambah dasar organisasi, yaitu:
·         Dasar religi
·         Dasar falsafah
·         Dasar psikilogi
·         Dasar sosiologi
·         Dasar organisatoris[3]
3.      Prinsip-prinsip Kurikulum
Menurut Asy-Syaibani, kurikulum pendidikan Islam dibuat disusun dengan mengikuti tujuh prinsip utama, sebagai berikut:
1)      Prinsip pertautan dengan agama, dalam arti bahwa semua hal yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk tujuan, kandungan, metode, dan lain-lain yang berlaku dalam proses pendidikan Islam, senantiasa berdasar pada ajaran dan akhlak Islam.
2)      Prinsip universal, meksudnya tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan Islam harus meliputi segala aspek yang bermanfaat, baik bagi peserta didik, seperti pembina akidah, akal, jasmani, maupun masyarakat seperti perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.
3)      Prinsip keseimbangan di dalam tujuan kurikulum dengan kandungannya. Kurikulu pendidikan Islam yang berdasar pada filsafat dan ajaran Islam senantiasa menekankan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang.
4)      Prinsip keterhubungan kurikulum dengan baik, miant, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, serta dengan lingkungan sosial yang menjadi tempat berinteraksi peserta didik. Dengan prinsip ini kurikulum pendidikan Islam bermaksud memelihara keaslian peserta didik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
5)      Prinsip memerhatikan perbedaan individu, agar kurikulum pendidikan Islam memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
6)      Prinsip perkembangan dan perubahan, dalam arti bahwa kurikulum pendidikan Islam senantiasa sejalan dengan perkembangan dan perubahan yanag terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang memiliki nilai maslahat bagi masyarakat merupakan suatu keharusan.
7)      Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas-aktivitas pendidikan yang terkandung dalam kurikulum. Pertautan ini menjadi penting agar kurikulum pendidikan Islam senantiasa mengikuti perkembangan zaman, yang selaras dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakatnya.[4]
4.      Karakteristik dan Komponen-komponen Kurikulum-kurikulum
As-Syaibani menguraikan ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, sebagai berikut:
1)      Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal, seperti tujuan dan kandungannya, metode, alat dan tekniknya.
2)      Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungannya. Memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi belajar dari segi intelektual, psikologis, sosial dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya termasuk dalam bidang: ilmu-ilmu, tugas, dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
3)      Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4)      Kecenderungan pada seni, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejurusan, dan bahasa asing.
5)      Perkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dan minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan perseorangan di kalangan mereka.[5]

























Pertanyaan mengenai kurikulum pendidikan Islam pada materi di atas, sebagai berikut:
1.      Jelaskan pengertian kurikulum menurut pendapat anda !
2.      Berikan contoh dari setiap dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam !
3.      Jelaskan tujuan dari setiap prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam !
4.      Sebutkan dan jelaskan yang termasuk karakteristik pendidikan Islam !
5.      Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam kurikulum-kurikulum ?


[1] Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 87.
[2]Drs. Bukhari Umar, M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2011), hlm. 162-163.
[3]Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M. Si., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 124-131.
[4]Dr. Toto Suharto, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm. 100-101.
[5]Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 90.

MAKALAH PENGEMBANGAN DAN PENERAPANFILSAFAT ILMU



MAKALAH
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN FILSAFAT ILMU
Description: Image result for logo iain mataram
Oleh
Nama                                             NIM
1.     NURASINI                                       160103070
2.     YUSRO ATIAH                               160103080


KELAS IC
FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
2016/2017


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Pengembangan Dan Penerapan Filsafat Ilmu" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Prodi Tadris Matematika dengan judul " Pengembangan Dan Penerapan Filsafat Ilmu ". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Mataram, 22 September 2016


                                                                                                                        Penulis





DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
B.    Rumusan Masalah
C.   Tujuan Penelitian
Bab II Pembahasan                
A.   Pengembangan Teori Dan Alternatif Metodologinya.
B.   Etika Dan Pengembangan Ilmu Teknologi
C.    Jalinan Fungsional Agama, Filsafat, Dan Ilmu
D.   Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Dalam Pengembangan Sosial Dan Politik
E.    Implikasi Dan Implementasi Filsafat Ilmu Dalam Pengembangan Sosiologi
Bab III Penutup
A.   Kesimpulan
Daftar Pustaka







                                                                                                    


BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang  
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
                                                      
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (ilmu pengetahuan/sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.

Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam ujud eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati. manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).


1.2Rumusan Masalah
Ø Pengembangan Teori dan Alternatif metodologinya
Ø  Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Ø Jalinan Fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Ø  Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi
1.3Tujuan Penuisan                                             
Ø Pengembangan Teori dan Alternatif metodologinya
Ø  Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Ø Jalinan Fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu
Ø Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Ø  Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi













BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengembangan Teori dan Alternatif metodologinya
Metodologi merupakan hal yang mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami perinsip-perinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.
Pengembangan Teori dan Alternatif Metodologinya.Pengertian Metodologi Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metode ialah cara bertindak menurut aturan tertentu.
Menurut Anton Baker dan Ahmad Charris Zubair, ada beberapa unsur-unsur metodologi yaitu interpretasi(menafsirkan), induksi dan deduksi, koherensi intern, holistis, kesinambungan historis, idealisasi, kompersasi, heuristika, analogi, dan deskripsi.
Kesamaan antara ilmu pengetahuan dan filsafat, bahwa keduanya sama-sama mengejar kebenaran. Kebenaran yang ditemukan tidak sekedar demi kepentingan teori saja, melainkan demi kepentingan serta peningkatanhidup menusia seluruhnya. Perbedaannya terletak pada obyek yang diselidiki serta sudut tinjauannya terhadap obyek ilmu pengetahuan dari penyelidikan lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus, seperti ilmu bumi, ilmu alam dan sebagainya. Kajian  filsafat ilmu: ontology, epistimologi, aksiologi.


2.2 Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi  
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal yang dihasilkan manusia yakni sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan, bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem peralatan hidup. Dalam penerapannya, ilmu pengetahuan secara otomatis menghasilkan apa yang disebut teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, maka kita pun mengenal istilah IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Ilmu pengetahuan bersifat teoritis dan tidak  berbentuk sedangkan teknologi bersifat praktis dan berbentuk. Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan dipelajari untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia di bumi. Teknologi diciptakan untuk meringankan dan membebaskan manusia dari kesulitan-kesulitan hidupnya yang sarat dengan keterbatasan.
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat independen (bebas dari nilai), tetapi di sisi lain sebagai instrumen (alat dan proses) keberadaannya koheren, tergantung, dan diarahkan.
Etika memang bukan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat kontrol bagi  pengembangan iptek agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini terjadi keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung  jawan kepada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal. Adanya tanggung jawab etis tidak dimksudkan untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan adanya tanggung jawab etis diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi manusia untuk mengembangkan teknologi yang nantinya akan mengangkat kodrat dan martabat manusia .
Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai netral (nol), dengan memahami  bahwa ilmu itu netral maka ilmu pengetahuan bisa berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya. Sedangkan netral itu sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam  pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri. Yang mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada. Kemudian dalam pandangan secara Epistimologi yaitu masalah bagaimana mendapatkan ilmu itu. Dan untuk mendapatkannya apakah sesuai atau malah menyimpang dari metode ilmiah. Sedangkan yang terakhir adalah netralisasi dalam pandangan Aksiologi.ini menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir. Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom dan membunuh jutaan manusia, tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia sendirilah sebagai pengguna yang telah salah menggunakan hasil pikiran Einstein itu.
Dampak buruk perkembangan sains dan teknologi sering dijadikan legitimasi  bahwa ilmu pengetahuan atau sains tidak netral. Ada yang rancu di sini. Antara sains dan dampak dari sains. Dampak dari sains (dan teknologi) sudah melibatkan  penggunanya (manusia) yang di luar lingkup kajian sains alami. Dalam hal ini, sistem nilai bukan berpengaruh pada sains, tetapi pada perilaku manusia sebagai penggunanya. Karena keterbatasan ilmu manusia, tidak semua dampak dapat diperkirakan. Ketika kini diketahui dampak buruknya, tidaklah adil untuk melemparkan tuduhan bahwa ilmu pengetahuan bersifat merusak. Menjadi jelas bahwa pada dasarnya nilai sains atau ilmu itu netral. Maksud dari netral itu adalah ilmu tidak bernilai baik atau buruk tetapi ilmu itu di antara keduanya. Sesuai manusia yang membawa ilmu itu. Bagaimanakah menggunakannya? Untuk apa ilmu itu? Siapa yang memakai ilmu itu? Semua  pertanyaan itu salah satu bukti kenetralan ilmu. Karena posisi ilmu pengetahuan yang netral, maka tugas para ilmuwan adalah membangun sikap ilmiah yang berwawasan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan untuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan.
2.3 Jalinan Fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu
Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian pula ilmu dan agama. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu adalah kebenaran akal. Sedangkan kebenaran dalam agama adalah kebenaran wahyu. Kita tidak akan mencari mana yang paling benar, akan tetapi melihat apakah keduanyadapat berdampingan dan hidup damai. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran secara akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu bermacan-macam. Hal ini dapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan agama, terdapat bermacam-macam dan kesemuanya mengajarkan tentang kebenaran. Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing, maka antara filsafat, ilmu danagama dapat terjalin hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Ketiganya dapat menunjang dalam menyelesaikan persoalan yang timbuldalam kehidupan.
2.4 Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan Politik
Untuk menelaah gap antara ilmu politik dengan ilmu yang lainnya dalam hal ini adalah ilmu pendidikan, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (Wibisono S. dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (The Liang Gie., 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Tinjauan filsafat ilmu mengenai sosial politik adalah sebagai berikut:
a.       Dari Segi Ontologis, Dari pembahasan ontologisnya, semua manusia sebagai mahluk individu pada dasarnya mempunyai Hak Asasi Manusia (HAM) berupa: memperoleh pengetahuan, diakui status sosialnya, diakui keberadaannya, dan berhak memperoleh kehidupan yang lebih baik. Konsep HAM berlaku secara universal, bagi siapa saja dimana saja tanpa terkecuali, mutlak dan bebas nilai. Tidak ada alasan apapun bagi siapapun untuk menghalangi manusia memperoleh apa yang menjadi hak dasarnya.
b.      Dari Segi Epistemologis, Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi dalam hal filosofis maupun kebijakan. Filsafat pendidikan di suatu negara sering kali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh negara tersebut. Di Indonesia, filsafat pendidikan nasional adalah pengejewantahan dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan dalam hal kebijakan, sangat sulit memisahkan antara kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat pemerintah di suatu negara dengan persepsi dan kepercayaan politik yang ada pada pemerintah tersebut.
c.       Dari Segi Aksiologis, Adalah sulit memisahkan pendidikan, politik dan peran keduanya yang saling terkait satu dengan yang lain karena persoalan-persoalan kependidikan sulit dipahami dengan baik tanpa melihat konteks politik dari persoalan tersebut. Begitu pula sebaliknya, berbagai persoalan politik sulit dipahami tanpa melihat konteks kependidikan dari persoalan tersebut. Sehingga diharapkan ilmuwan pendidikan di negeri ini membutuhkan wawasan politik yang memadai untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan pendidikan yang ada. Begitu pula para ilmuwan politik membutuhkan wawasan kependidikan untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan politik dengan baik kepada masyarakat.
2.5 Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi
Berdasarkan kamus besar baasa Indonesia implikasih di artikan sebagai keterlibatan atau keadaan terlibat: manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya. Sedangkan Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.
Menurut the liang gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan kurikulum tersebut, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis. Landasan filosofis berkaitan dengan pentingnya filsafat dalam membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan.  Landasan filsafat ini menjadi landasan utama bagi landasan lainnya.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan teori belajardan psikologi perkembangan. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu di sampaikan dan bagaimana pula siswa harus memperlajarinya. Psikologi belajar berkenaan dengan penentuan stategi kurikulum.  Sedangkan psikologi perkembangan di perlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa.
Landasan sosiologis dijadikan sebagai salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum kerena pendidikan selalu mengandung nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan, kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budaya yang menjadi dasar dan acuan bagi pendidikian atau kurikulum.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.  Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya.  Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan kritis.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi yang tak begitu mendalam.


























DAFTAR PUSTAKA


                
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/ diunduh  tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.00

http://uphilunyue.blogspot.com/2013/01/manusia-dalam-pandangan-filsafat-teori.html diunduh  tanggal 03 Nopember 2013 pkl 22.00





MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Arifin, MA Oleh                                  ...